Rabu, 26 Januari 2011

Kota Bandung Mendapat Penghargaan

Tanggal 26 Januari 2011 bisa menjadi sebuah kebanggaan untuk Kota Bandung. Pasalnya pada hari itu, Kota Bandung mendapatkan Penghargaan dari "Dahsyat-nya AWARD" RCTI sebagai "Lokasi Terdahsyat".

H. Dada Rosada (Walikota Bandung)
Acara tersebut langsung disiarkan dari Ardhan FM, Kota Bandung. Dan penghargaan tersebut langsung diterima oleh Walikota Bandung, H. Dada Rosada dihadapan warga Kota Bandung yang hadir disana. Dan langsung disambut gembira oleh warga Kota Bandung.

Walaupun penghargaan ini tidak se-prestisius penghargaan dari pemerintah atau dari organisasi internasional, namun hal ini bisa menjadi kebanggaan bagi Kota Bandung, karena menjadi pemenang diantara empat nominator lainnya.

Dahsyat-nya Award 2011
Malam penghargaan itu juga dihibur dengan artis lokal dan ibukota. Tak ketinggalan Master Limbad pun ikut memeriahkan acara di Bandung tersebut.

Tentunya saat itu merupakan malam gembira bagi Kota Bandung.

Sabtu, 22 Januari 2011

Borondong bukan Brondong

Borondong
Borondong bukan brondong. Borondong adalah makanan tradisional khas Bandung yang berbentuk bulat dan manis. 


Borondong ini ada terbuat dari enten (campuran gula dan kelapa) dan diselimuti oleh beras dan jagung (sejenis berondong seperti pop corn). Jadi tak heran rasanya manis sekali, karena hampir 70 % nya di dominasi oleh rasa gula nya.


Sentra pembuatan borondong ini terdapat di Majalaya, Kabupaten Bandung. Bahkan ada yang pernah membuat borondong yang berukuran sampai sebesar kepala manusia.


Hargnya sangat murah, tapi bila Anda ingin lebih murah lagi, Anda harus datang langsung ke tempat pembuatannya. Biasanya dengan Rp. 10.000 saja, Anda sudah mendapat satu kantong plastik penuh borondong.


Selain borondong enten, ada juga borondong yang langsung dicampur dengan gula merah cair saja. (Bentuknya seperti Teng Teng).
Borondong Majalaya







Rudjak Ciherang

Rudjak Ciherang
Siang-siang biasanya paling enak makan rujak. Apa lagi rujak yang pedas, yang membuat pusing-pusing di kepala hilang. Lalu buah-buahannya yang segar dan rasanya asam manis, membuat air liur tak henti mengalir. Dan saat dimakan memberikan sensasi yang luar biasa dan membuat Anda kemblai bersemangat jalani hari.

Plang Rudjak Ciherang
Bila Anda ingin merasakan rujak terenak di Bandung, Anda wajib mencicipi yang namanya Rudjak Ciherang. Pusatnya terletak di Banjaran, Kabupaten Bandung, tapi memiliki cabang di beberpa daerah di kawasan Bandung lainnya.

Uniknya dari Rudjak Ciherang ini adalah dari rasanya yang beda dari rujak yang lain. Mungkin karena racikan bumbu rahasianya dan terutama lagi adalah combrangnya. Bunga honje (Combrang) yang memberikan aroma khas pada Rudjak Ciherang ini membuat rasa rujak ini menjadi unik sekali.

Rudjak Ciherang (Toples)
Buah-buahan yang tersedia disini seperti kedondong, jambu air, nanas, mentimun, bengkuang, ubi jalar dan mangga muda sangat segar saat dimakan bersamaan. Bisa disebut kalau rujak ini merupakan Saladnya orang Indonesia.

Bila perut Anda sudah penuh dan kenyang, Anda bisa membeli bumbu rujaknya saja disini dalam bentuk toples kecil, bisa juga dijadikan sebagai oleh-oleh. Harga per toplesnya adalah Rp. 18.000,- saja.

Bumbu tersebut harus dicampur air hangat terlebih dahulu agar lebih encer dan tidak terlalu manis. Per toplesnya bisa habis untuk satu baskom kecil rujak (Hitung-hitung bisa untuk makan rujak bersama).

Kentang Arab yang bukan dari Arab

Lama tak posting, karena sibuk...

Kali ini Bandung Holic akan membahas tentang jajanan yang akhir-akhir ini terkenal di Bandung, namanya Kentang Arab.

Kentang Arab
Terasa asing di dengar? Tentunya iya, karena Kentang Arab ini baru-baru saja keluar ke permukaan alias baru terkenal. Berkat kreatif dari putera Bandung.

Entah kenapa disebut Kentang Arab. Apa mungkin yang pertama jual adalah orang Arab, atau mungkin kentangnya di impor dari Arab. Atau juga mungkin kentangnya besar-besar? Yang jelas Kentang Arab ini adalah jajanan khas Bandung yang enak sekali.

Pedagang Kentang Arab
di Monumen Perjuangan Dago
Kentang Arab ini bentuknya seperti kentang goreng biasa (Fren Fries), tapi bedanya adalah Kentang Arab ini diselimuti tepung yang crispy dan gurih. Mungkin bisa disebut juga Kentang Crispy. Saking crispy nya, Anda akan merasakan sensasi kriuk-kriuk yang unik saat memakannya. Belum lagi ditambah bumbu perasa yang akan menambah enaknya Kentang Arab ini. Bumbu tersebut tersedia dalam beberapa rasa, seperti keju, balado, BBQ, dan original. 

Biasanya Kentang Arab ini dijual di gerobak atau stan sederhana di pinggiran jalan. Sering ditemui di daerah Kota Bandung dan Kota Cimahi. (Pertama saya temukan di Jl. Dipatiukur, Dago). 

Masalah harga, jajanan ini termasuk jajanan yang murah meriah. Hanya dengan Rp 3000, Anda sudah bisa menikmati satu bungkus Kentang Arab ini. Dan satu bungkus saja sudah lumayan mengeyangkan. 

Minggu, 09 Januari 2011

Tujuh Wanita Tertua dari Kabupaten Bandung

courtesy : Pikiran Rakyat Online
Pada hari Rabu (02/06/2010) di Soreang, hampir semua warga Kabupaten Bandung yang berusia lebih dari 100 tahun tinggal di Kecamatan Rancabali dengan usia tertua mencapai 127 tahun. Hal ini terungkap dalam pencacahan penduduk yang berlangsung 1 - 31 Mei lalu.
Berdasarkan data yang dihimpun Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung, ditemukan delapan warga Kabupaten Bandung yang berusia lebih dari 100 tahun, tujuh di antaranya tinggal di Kecamatan Rancabali.
Di antara ketujuh warga Rancabali itu, tiga warga berasal dari Desa Alamendah, yakni Ames (117), Ija (110), dan Iyot (105), serta 3 warga dari Desa Sukaresmi, yakni Indung Seni (127) Yunta (110) Anah (101) Iyin (100).
Sementara seorang warga lainnya berasal dari Desa Sukamaju Kec. Cimaung, yakni Mak Imung (117).
Meski demikian, Kepala Seksi Statistik Sosial BPS Kabupaten Bandung, Encep Wagan, data tersebut masih akan terus berkembang hingga 15 Juni mendatang yang merupakan batas akhir verifikasi data.

Sabtu, 08 Januari 2011

Kang Ibing : the Legend


Kang Ibing
Raden Aang Kusmayatna Kusumadinata atau lebih dikenal dengan Kang Ibing lahir di Sumedang, 20 Juni 1946 adalah pelawak Indonesia yang tergabung dengan grup lawak De'Kabayan yang terdiri antara lain Aom Kusman dan Suryana Fatah. Pelawak ini juga aktif dalam kesenian-kesenian Sunda, atas dasar itulah beliau pantas mendapat gelar Maestro Kesenian Sunda.

Beliau pernah menjadi Juri Audisi Pelawak Indonesia di TPI, yang kala itu salah satu pesertanya adalah Sule SOS. Beliau sering memberi masukan kepada SOS khususnya Sule berupa kritikan-kritikan yang membangun. Dan hal itu diakui Sule malah menjadi bahan perhitungan Sule untuk ke depannya. Akhirnya semua itu terbukti, Sule menjadi seorang pelawak yang sukses yang salah satunya berkat gemblengan dari Kang Ibing.

Kang Ibing
Kang Ibing juga aktif dalam mengisi program-program acara di radio-radio di Bandung. Dalam acaranya itu beliau selalu saja mengeluarkan cerita-cerita dalam bahasa Sunda yang membuat pendengarnya tertawa cekakakan. Bahkan cerita-ceritanya tersebut ada yang diambil dari pengalamannya sendiri.

Selain itu, terkadang Kang Ibing juga menerima undangan sebagai Penceramah di tempat-tempat pengajian. Sebagai seorang seniman, beliau termasuk orang yang sangat dekat dengan agama.

Kang Ibing juga pernah bermain film layar lebar, yang diantaranya adalah :

Kang Ibing
  • Si Kabayan (1975)
  • Ateng The Godfather (1976)
  • Bang Kojak (1977)
  • Si Kabayan dan Gadis Kota (1989)
  • Boss Carmad (1990)
  • Komar Si Glen Kemon Mudik (1990)
  • Warisan Terlarang (1990)
  • Di Sana Senang Di Sini Senang (1990)

Kang Ibing meninggal dunia pada hari Kamis 19 Agustus 2010 di Rumah Sakit Islam Bandung sekitar pukul 21.00 WIB. Seniman legendaris Jawa Barat yang terkenal dengan perannya sebagai Kabayan ini meninggal karena sakit jantung dan diabetes.

Walau raganya telah tiada, tapi karya-karyanya tetap ada di hati kita semua. Terima kasih Kang Ibing yang telah membuat dunia ini indah dengan lawakan dan semua karyamu.

Merasakan Sejuknya Curug Cimahi

Curug Cimahi
Curug (dalam bahasa Sunda) atau juga Air Terjun Cimahi ini, memiliki ketinggian kurang lebih 75 m, terletak di kecamatan Cisarua, kurang lebih 10 km sebelah utara Kota Bandung, jadi tidak terlalu jauh dari beberapa tempat wisata alam seperti Desa Cihideung. Curug Cimahi ini merupakan salah satu curug yang tertinggi di Bandung. Saking tingginya cipratan air-nya bisa menjangkau jarak belasan meter. Sebenarnya area Curug Cimahi yang dikelola oleh Perum Perhutani ini memiliki luas sekitar 26 ha. Hanya saja, yang dimanfaatkan sebagai tempat wisata hanya baru dua ha. 

Di lingkungan Curug Cimahi ini kita akan merasakan suasana yang sangat indah dan asri, selain indahnya air terjun yang bisa kita nikmati, kita juga dapat menikmati udara yang sejuk dan segar, karena area ini masih diselimuti oleh berbagai macam pepohonan hijau. Dan ini semua akan memberikan kita ketenangan jiwa.

Tangga Menuju Curug Cimahi



Untuk menuju Curug Cimahi ini kita harus menuruni anak tangga yang curam dan juga sangat banyak, jumlahnya kurang lebih 500 anak tangga. Jadi kita harus pastikan bahwa kondisi kita sedang fit bila ingin berkunjung kesini. Walaupun capek dan lelah saat di perjalanan, tapi dijamin Anda tidak akan kecewa bila Anda sampai ke Curug-nya. Rasa letih dan lelah kita akan diguyur oleh embun dan percikan air dari air terjun Cimahi ini.


Monyet (Pribumi)
Disini Anda juga akan bertemu dengan Monyet-monyet penghuni hutan di daerah Curug Cimahi. Sepintas mereka memang lucu-lucu, apa lagi ketika mereka sedang bermain bersama. Tapi hati-hati terkadang mereka akan berbuat nekat dan mereka akan mengambil barang-barang bawaan Anda tanpa sepengetahuan Anda.





Ada beberapa tips yang perlu disiapkan untuk pergi ke Curug Cimahi :
  • Pastikan kondisi tubuh sedang fit saat mengunjungi situ sini. Memasuki Curug Cimahi relatif lebih mudah karena jalannya menurun. Akan tetapi, mungkin akan lelah saat ingin keluar dari Curug Cimahi karena jalannya naik.
  • Jaga barang bawaan baik-baik, terutama saat melihat para monyet. Biasanya mereka takut pada manusia, namun apabila ada kesempatan, mereka suka “mencopet” barang-barang pengunjung yang sedang lengah.
  • Bawa air minum untuk menghindari dehidrasi dan makanan.
  • Bawa baju ekstra dan handuk, juga baju renang apabila ingin berendam di sini.
  • Buanglah sampah pada tempatnya. Apabila tempat sampah tidak tersedia, bawa kantung plastik untuk menyimpan sampah untuk sementara, dan membuangnya di tong sampah nantinya.

Jumat, 07 Januari 2011

Sule : Pelawak Mantan Tukang Jagung

Siapa yang tak kenal pria yang terkenal lewat Audisi Pelawak Indonesia dan Opera Van Java? Pria bernama asli Entis Sutisna atau nama panggungnya Sule ini sekarang menjadi salah satu pelawak termahal di Indonesia dengan penghasilan Rp 1 miliar setiap bulannya. Padahal, beberapa tahun lalu ayah tiga anak ini hanya sebagai penjual jagung rebus yang berkeliling kampung untuk menjual dagangannya.

Karikatur Sule
Karier pria kelahiran Cimahi, 15 November 1976, ini mulai bersinar setelah sukses memenangi lomba Audisi Pelawak TPI (API) bersama Obin (Sumardi) dan Ogi dalam grup lawak SOS. Hanya setahun setelah itu, nama Sule mulai diperhitungkan.


Namanya terus melambung ke jajaran pelawak papan atas yang penghasilannya melebihi pelawak papan atas lain seperti Komeng. Penghasilannya lebih dari Rp 1 miliar sebulan didapat dari beberapa stasiun televisi, antara lain, hasil dari acara Opera Van Java di Trans7 dan Awass Ada Sule di Global TV.


Sule yang pernah dibimbing pelawak senior Kang Ibing ini sudah memiliki bakat melawak sejak kelas 3 SD. Kala itu Sule kecil sering tampil di acara 17 Agustus-an. 

Ayah dari Rizki (12), Putri (8), dan Rizwan (2) ini selain melawak juga dikenal pintar menyanyi dan pandai membanyol atau melucu. Alumnus STSI Bandung ini juga memiliki kekhasan dalam penampilan, yakni rambutnya yang panjang berwarna pirang sehingga bisa melengkapi karakternya.
Kini Sule sudah menjadi miliarder dengan hartanya berupa lima rumah di Bandung dan Jakarta, dua mobil, serta dua sepeda motor. Baru-baru ini, Sule mengaku bersyukur karena Tuhan telah memberi jalan.


Siapa sangka, kata dia, dulu saat baru menikahi Lina (32) pada tahun 1997 dia tinggal di rumah kontrakan petak.


Penghasilannya dari melawak hanya Rp 20.000 sehari sampai-sampai supaya dapurnya bisa tetap ngebul, Sule nyambil berdagang ayam goreng dan berjualan kebaya. Tapi masa-masa sulit bagi Sule tinggal kenangan. 

Nekat ke Jakarta beberapa waktu lalu, Sule mengaku bercita-cita menjadi pembawa acara berita televisi sehingga nekat pindah dari Jawa Barat ke Jakarta. Berbekal keahlian menari, dia mencoba mengadu nasib di Ibu Kota. Alumnus STSI Bandung ini kemudian berkelana dari satu tempat ke tempat lainnya di Jakarta.


Kesempatan mengikuti Audisi Pelawak Indonesia (API) di TPI bersama Ogi Suwarna dan Obin Wahyudin adalah jalan pintas menuju sukses Sule. Tidak sampai setahun setelah menjuaraiSuperstar Show, sebuah acara duet selebriti di Indosiar, karier Sule pun terus menanjak. 


Namanya pun masuk dalam jajaran pelawak papan atas. Tahun 2009 dan 2010 adalah tahun-tahun keemasan bagi Sule. Kini Sule sudah layak disejajarkan dengan Tukul Arwana, Komeng, Eko Patrio, Parto, ataupun Olga Syahputra yang sempat dinobatkan sebagai Lima Pelawak Termahal Indonesia.

Sule
Bakat melawak Sule ini berasal dari ayahnya yang penjual bakso keliling. Ayahnya selalu membanyol dan membuat para pembeli baksonya tertawa. Akan tetapi, Sule mengawali naik panggung bukan dengan lawakan, melainkan sebagai pemain musik. Meski sudah sangat terkenal, Sule masih memendam cita-cita untuk go international walau tak pandai bahasa Inggris.



Kini Sule pun sudah memiliki bisnis di Bandung berupa salon, warnet, toko pakaian, ponsel, dan studio musik. Pria pencetus ucapan "prikitiw" itu tetap betah menempati tempat tinggalnya terdahulu, sebuah kamar kos di kawasan Jakarta Selatan.

Sebagai seorang pelawak, Sule memang tak ada matinya. la selalu bercanda dan tertawa lepas saat berada di lokasi shooting dan sering mengagetkan banyak orang dengan ulahnya yang konyol untuk menghibur. Sule tetap ingat saudaranya dan membagi-bagi rezeki juga untuk adik-adiknya.
Sumber : kompas.com





Kamis, 06 Januari 2011

Menengok Sentra Kerupuk di Gunung Leutik

Kerupuk biasanya merupakan makanan pelengkap saat kita makan siang atau makan malam. Sensasi renyah dan gurihnya lah yang menambah kenikmatan saat makan kita. Tapi kerupuk sebenarnya enak juga, apabila hanya untuk digado. Kriuk-kriuk saat kita makan dan gurihnya membuat kita ketagihan.

Penjemuran Kerupuk
Anda harus tahu salah satu sentra pembuatan kerupuk-kerupuk yang biasa Anda makan itu ada dimana.

Salah satunya berada di Gunung Leutik, Kabupaten Bandung. Di daerah ini banyak sekali usaha rumahan yang memproduksi berbagai jenis kerupuk. Kerupuk yang banyak diproduksi di daerah ini adalah Kerupuk Jendil yang kecil-kecil dan berwarna merah muda, Kerupuk RG yang sangat gurih, Kerupuk pedas yang biasanya berwarna-warni dan dibumbui cabai kering bubuk, Kerupuk Blek yang sering kita temui di warteg atau rumah makan dan Kerupuk-kerupuk lainnya. Jadi jangan heran bila kebetulan Anda berkunjung atau hanya sekedar lewat ke daerah ini banyak yang menjemur kerupuk di depan rumahnya.

Kerupuk Blek
Pendistribusian kerupuk-kerupuk buatan Gunung Leutik ini sampai ke Kota Bandung, Rancaekek, Majalaya, Soreang, Ujung Berung dan Kota Cimahi. Andai pengenalan kerupuk ini lebih baik, mungkin kerupuk-kerupuk ini bisa di ekspor sampai luar Pulau Jawa bahkan sampai Mancanegara. Hitung-hitung sambil memperkenalkan makanan khas Indonesia khususnya Bandung pada dunia.




Kerupuk Jendil
Memang sedikit orang yang tahu tentang keberadaan sentra pembuatan kerupuk ini, tapi tak ada salahnya kita untuk lebih mengenal daerah sendiri, agar menambah rasa kebanggaan dan cinta tanah air. ^-^

Mudah-mudahan saja dengan posting ini sedikit banyaknya bisa membuat daerah ini menjadi salah satu tempat wisata untuk bidang kuliner dan bisnis.

Rabu, 05 Januari 2011

Makan Malam di Ceu Mar

Ceu Mar

Bosan makan di restaurant? Bosan makan di cafe?

Untuk menghilangkan kebosanan itu, saya sarankan Anda untuk mencoba makan di emperan jalan atau pinggiran jalan. Salah satu tempat yang saya sarankan adalah "Ceu Mar". Tempat ini adalah tempat makan yang menarik, karena disini sebelum makan kita harus mengantri untuk memilih makanan (Parasmanan). Makannya pun bukan di dalam ruangan, melainkan dinaungi langit malam Kota Bandung. Alunan musik dari pengamen jalanan pun akan turut menemani santap malam Anda.

Terletak di Jl. Banceuy (Dekat Alun-Alun Kota Bandung), Kota Bandung, Ceu Mar ini buka setiap hari dari Pukul 20.00 - 04.00 WIB. Biasanya tempat ini makin malam makin ramai dan makin dipenuhi para penikmat kuliner.

Antrian di Ceu Mar
Penikmat kuliner yang datang ke Ceu Mar biasanya mahasiswa-mahasiswa dan komunitas-komunitas tertentu, seperti komunitas sepeda malam di Bandung dan komunitas wisata sejarah malam. Tapi banyak juga keluarga yang makan bersama di tempat ini.

Bagi Anda yang membawa kendaraan pribadi, jangan khawatir karena di tempat ini terdapat lahan parkir yang cukup luas. Anda pun bisa makan di dalam kendaraan Anda.
Bagi perokok, tak usah khawatir disini Anda bebas merokok karena bukan ruangan tertutup.

Masalah harga sih satu porsinya relative murah, tergantung pada banyaknya dan jenis lauk yang Anda makan.

Dan makan disini dijamin Anda akan puas....

Selasa, 04 Januari 2011

Kampung Seni, Jelekong

Pemandangan di Jelekong
Sebagian lukisan-lukisan yang sering kita lihat dijajakan di Jalan Braga, Kota Bandung berasal dari kampung ini. Terletak sekitar 30 km dari Kota Bandung, tepatnya di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung. Kampung Jelekong merupakan sarangnya pelukis-pelukis ulung dengan karya yang diperhitungkan.

Dari mulai lukisan ikan koi, pemandangan, sampai lukisan manusia yang mirip sekali dengan aslinya. Karya-karya lukisan tersebut bahkan sampai terkenal hingga mancanegara.

Kampung Jelekong ini justru malah lebih dikenal oleh turis atau wisatawan asing dibanding dengan wisatawan domestik. Mungkin ini bisa jadi cerminan bahwa kita masih kurang bisa menghargai karya bangsa sendiri.

Lukisan Ikan Koi khas Jelekong
Di Jelekong kita juga bisa belajar melukis, memesan lukisan atau hanya sekedar memesan frame atau bingkai lukisan. Soal kwalitas sih sudah tidak usah dipertanyakan lagi, sudah pasti bagus-bagus.
Jenong (Asep Jebrag)

Akses jalan menuju Kampung Jelekong ini sekarang sudah agak baikan dibanding tahun-tahun sebelumnya, jadi Anda bisa nyaman berkunjung ke Jelekong ini. Selain itu, sebelum Anda tiba ke Jelekong, Anda bisa berkunjung sebentar ke kediaman Dalang Asep Sunandar Sunarya di Giri Harja, untuk sekedar melihat karya wayangnya yang kreatif.

Tak jauh dari kediaman Dalang Asep Sunandar Sunarya, ada kediaman seniman Sunda lain yaitu kediaman Asep Jebrag atau lebih dikenal tokoh Jenong. 

Lengkap sudah Kampung Jelekong ini sebagai Kampung Seni, tempat Pelukis, Dalang dan Seniman Sunda lain. Dan mudah-mudahan saja Jelekong ini menjadi tujuan pariwisata baik bagi wisatawan asing maupun domestik.

Senin, 03 Januari 2011

Putu (Si Hijau yang Mendengung)

Kue Putu
Jangan aneh bila Anda mendengar suara dengungan panjang yang mondar-mandir di sekitar Anda. Bila Anda perhatikan, pastilah suara itu berasal dari seorang penjual kue putu. Walaupun kue putu ini sudah banyak ditemui di Jakarta dan sekitarnya, tapi perlu Anda ketahui bahwa kue mungil berwarna hijau ini berasal dari Bandung.

Dari cara pengolahannya, putu ini sangat unik sekali. Pertama, tepung beras yang sudah diberi pewarna hijau daun suji dan diberi aroma daun pandan di cetak ke dalam cetakan yang terbuat dari bambu. (Tapi ada pula yang tanpa diberi pewarna, sehingga warnaya putih) Kemudian tengahnya diisi dengan gula merah, dan ditutup lagi dengan tepung beras lagi. Setelah itu, baru dikukus di tempat khas yang bersuara mendengung.
Proses Pengukusan Putu

Suara dengung tersebut berasal dari suara uap yang keluar dari corong tempat pengukusan kue putu.

Setelah kue putu matang dikukus, kemudian dikeluarkan dengan cara didorong dari bawah sampai kue nya keluar.

Saat dikukus saja wangi pandannya sudah menggoda kita, kemudian saat dimakan, gula merahnya mencair dan rasanya enak. Apalgi ditaburi dengan kelapa parut yang akan menambahkan rasa gurih saat dimakan.

Kue Putu

Minggu, 02 Januari 2011

Asep Sunandar Sunarya "Dalang Giri Harja"

Asep Sunandar Sunarya
Siapa yang tak kenal dalang wayang golek no 1 di Indonesia ini? Karya-karyanya seperti  menciptakan tokoh Cepot yang bermuka merah,  dan aksesoris-aksesoris untuk wayang golek membuatnya pantas menjadi seorang dalang wayang golek terbaik di Indonesia.

Pria bernama Asep Sunandar Sunarya atau nama populernya Asep Sunarya mempunyai nama kecil Sukana. Lahir di Kampung Jelengkong, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung pada  3 September 1955. Memiliki ayah, Abah Sunarya yang merupakan gurunya sendiri dalam belajar pewayangan. Asep Sunarya adalah anak ke tujuh dari 13 bersaudara.

Karena sedari kecil tertarik pada wayang dan berambisi ingin menjadi dalang, setamat SMP pun beliau mengenyam Pendidikan pedalangan di RRI Bandung.


Cepot (Astra Jingga)
Beliau sangat aktiv mensosialisasikan wayang golek tidak hanya di tempat tertentu saja, tapi ke kampus-kampus, hotel-hotel mewah dan televisi. Sekitar tahun 2000, beliau mengisi acara di salah satu televisi swasta Indonesia yang berjudul "ASEP SHOW".

Untuk prestasi pastilah tak usah ditanya lagi, beliau pernah Juara dalang pinilih I Jawa Barat pada 1978 dan 1982 dan Juara umum dalang tingkat Jawa Barat dan memboyong Bokor Kencana pada 1985.

Beliau juga pernah menjadi Guru Besar luar biasa di Institut International De La Marionnete di Charleville, Prancis. Dan dari sanalah beliau mendapat gelar Profesor nya.

Sabtu, 01 Januari 2011

Kang Nano S (Alm) Sang Maestro Sunda

"Rambut panjang nu ngareumbai
 disangkeh panangan nyampai
 Kabagjaan nu duaan
 Nu duaan..."


Itulah penggalan lagu berjudul "Kalangkang" (Bayangan). Bagi Anda penggemar lagu Sunda mungkin lagu ini tidak asing. Lagu yang syahdu ini diciptakan oleh seorang maestro Sunda bernama Nano Suratno.

Kang Nano S
Kang Nano S selama hidupnya sudah menciptakan banyak sekali lagu-lagu Sunda. Beliau juga sangat ahli memainkan alat-alat musik Sunda seperti Kecapi, Kendang dan Suling.

Selain itu, beliau juga aktif menulis karya tulis fiksi maupun non-fiksi dan karya tulisnya mengisi media-media cetak di Bandung. Beberapa judul buku pun pernah ia buat.

Kang Nano Lahir di Garut, Jawa Barat, 4 April 1944. 


Setelah lulus SMP beliau melanjutkan pendidikannya ke Konservatori Karawitan (Kokar) di Bandung (1961) yang ketika itu dipimpin Daeng Sutigna. Setelah tamat, ia mengajar di SMP 1 Bandung dan kemudian pindah ke Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI). Beberapa tahun kemudian melanjutkan kuliah ke Akademi Seni Tari (ASTI) Bandung dan STSI Jurusan Karawitan Sunda sampai selesai.

Beliau mendirikan kelompok seni Sunda bernama Gentra Madya pada tahun 1972, namun sebelumnya beliau bergabung dengan kelompok Ganda Mekar pimpinan Mang Koko. Pada Festival Komponis Muda Indonesia 1 yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (1979), komposisinya," Sang Kuriang "  mendapat perhatian sebagai komposisi yang sarat dengan kekuatan akar etnis karawitan Sunda yang penuh inovasi pengembangan.

Beliau pernah mendapat beasiswa fellowship dari The Japan Foundation selama setahun di Tokyo Gedai (Universitas Kesenian Tokyo), untuk mempelajari perbandingan tangga nada Sunda dan Jepang, terutama antara alam musik Kecapi dan Koto. Selain itu, ia juga belajar meniup Sakuhachi dan memetik Shamisen, yang kemudian membuat kolaborasi alat-alat itu pada ciptaannya dan membuat beberapa lagu karawitan Sunda yang berbahasa Jepang, diantaranya Katakana Hiragana Uta, Ueno Koen dan D'enshano Uta (1981-1982). Pernah di undang oleh departemen musik Universitas Santa Cruz untuk mengajar dan membuat pergelaran dalam Spring Performance (1990).

Keprofesionalannya dalam dalam kesenian Sunda semakin terbukti ketika ia di minta oleh Min on, impresario, sebuah kelompok kesenian Jepang yang besar, untuk mengadakan pertunjukan kesenian Sunda di berbagai kota di seluruh Jepang selama 40 hari dengan 22 kali pertunjukan. Pertunjukan ini mendapat sambutan antusias karena keindahan yang di tampilkan dengan disiplin yang tinggi (1988). Pertunjukan itu dimintaa untuk diulang lagi berkali-kali untuk tampil dikota-kota lain.

Popularitasnya semakin menanjak setelah album-album rekaman kasetnya banyak diminati oleh masyarakat, diantara Kalangkang (Bayangan 1989), Cinta Ketok Magic (1992), yang meledak di pasaran sehingga mendapat HDX Award tingkat Nasional. Meskipun lagu-lagu ciptaannya berjenis karawitan, namun dengan cepat memperoleh penggemar di seluruh Indonesia, bukan hanya dari kalangan orang sunda saja, apalagi setelah lagu-lagu itu dijadikan pop Sunda. Selain itu, Ia juga membuat lagu untuk Gending Karesmen bersama Wahyu Wibisana, Raf, dll. Gending Karesmen ciptaannya antara lain Deugdeug Pati Jaya Perang, Raja Kecit, 1 Syawal di Alam Kubur, Perang, dll.

Ia juga dikenal sebagai penulis sajak dan cerita pendek berbahasa Sunda. Karyanya pernah di muat dalam majalah Mangle, Hanjuang, dll. Cerita pendeknya dikumpulkan dengan judul Nu Baralik Manggung (Yang Pulang sehabis mengadakan pertunjukan). Ia juga menyusun Buku Kawih untuk bahan pelajaran di Sekolah Menengah dengan judul Haleuang Tandang (1976).

Negara-negara yang pernah dikunjunginya untuk mengadakan pertunjukan antara lain Jepang, Hongkong, Philipina, Belanda, Australia, Amerika Serikat, dll. Pada bulan Oktober 1999, di Jepang, ia memainkan lagu ciptaannya yang berjudul Hiroshima, yang dibuat khusus untuk memenuhi permintaan Walikota Hiroshima yang mengenalnya sebagai pencipta lagu. Diangkat menjadi Kepala Taman Budaya Propinsi Jawa Barat sejak 1995 sampai pensiun (2000). (tim redaksi) sumber Blog Penggemar Lagu Sunda.


Beliau menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Immanuel, Kota Bandung Rabu (29/9) sekitar pukul 23.15.Beliau meninggal dunia setelah beberapa hari dirawat karena mengalami pecah pembuluh darah. Kala itu, Nono juga dikabarkan tak sadarkan diri.

Walaupun beliau sudah tiada, tapi karya-karyanya akan selalu ada di hati Urang Sunda. Dan semoga akan terus bermunculan seniman-seniman Sunda yang berprestasi seperti beliau.