Senin, 21 Februari 2011

Saung Reureuh Timbel Gawir : Tempat Makan Paling Indah dan Alami di Bandung

Timbel Gawir
Saat pertama kali makan di tempat ini saya merasakan kenikmatan yang sangat amat luar biasa. Mungkin ini dikarenakan tempat makan ini berada di sebuah kaki gunung yang masih terjaga keasliannya. Sejauh mata memandang kita akan melihat hamparan sawah hijau. Selain itu, disana juga terdapat sebuah bendungan pengatur debit air sungai. Dan sensasi itu masih teringat-ingat, walaupun sudah beberapa tahun lalu saya merasakannya.

Gapura Sindang Reureuh
Akhir-akhir ini saya ingin merasakan sensasi itu lagi, dan kemudian saya pun beranjak mendatangi tempat makan itu lagi. Lokasinya berada di Kabupaten Bandung, tepatnya di kaki Bukit Cula, Desa Gunung Leutik, Kecamatan Ciparay. Nama tempat makan itu adalah "Timbel Gawir Sindang Reureuh".

Salah Satu Saung Tempat Makan
Dinamakan seperti itu, karena tempatnya yang berada di kaki bukit, yang dulunya merupakan sebuah gawir atau jurang. Selain itu, tempat ini menjadi tempat istirahat atau dalam bahasa sunda disebut tempat reureuh orang-orang sehabis olah raga pagi.

Jadi tempat makan ini akan ramai pada hari-hari tertentu saja ketika orang-orang berolahraga pagi disekitar Bukit Cula.

Tapi banyak juga orang yang sengaja jauh-jauh makan disini bersama teman atau keluarganya. Mungkin karena dapat berita dari mulut ke mulut bahwa tempat ini memiliki view yang sangat indah dan makanan yang nikmat, yang jarang ada di restaurant di kota besar.

View Indah
View yang Jarang Di Dapat
View yang Indah dan Keren
Menuju ke Sindang Reureuh
Bendungan dan Rumput Hijau yang Indah
Makanan andalan disini adalah timbel nasi merahnya yang pulen. Apalagi ditemani ayam bakar, tahu dan tempe. Memang terdengar sederhana jenis makanannya. Tapi saat merasakan makanannya, dijamin Anda pasti akan ketagihan dan akan terus tambah sampai puas.

Ayam Bakar Andalan Sindang Reureuh
Nasi Merah Andalan Sindang Reureuh
Nasi Merah Sindang Reureuh yang Pulen
Uniknya lagi disini, kita bisa meracik sambal sendiri. Anda akan diberi cobek dan ulekan plus bahan-bahan sambal yang akan Anda racik. Apakah sambal dadak, sambal terasi, sambal leunca atau sambal hejo/sambal ijo yang akan Anda buat. Tergantung selera!

Sambal Ulek Sendiri
Sambal Leunca
Setelah makan Anda selesai, Anda bisa mengabadikan momen Anda di bagian bawah Saung Gawir (Orang sering menyebutnya) ini dengan berfoto-foto ria. Berlatar belakang Pegunungan dan pemandangan  menghijau yang bisa membangkitkan keindahan hasil jepretan Anda.

Untuk Anda yang membawa kendaraan pribadi jangan khawatir, disana terdapat lahan parkir yang bisa menampung sekitar 5 sampai 7 mobil dan 10 - 11 motor.

Ibu Haji Pemilik Sindang Reureuh






Minggu, 20 Februari 2011

Perayaan Cap Go meh di Kota Bandung

Tanggal 19 Februari kemarin, diselenggarakan acara arak-arakan yang berlangsung dari Jalan Cibadak, Jalan Sudirman dan kembali lagi ke Jalan Cibadak. Arak-arakan ini adalah sebuah perayaan Cap Go Meh atau 15 hari terkahir serentetan acara Imlek. Sehingga saat itu beberapa kendaraan yang melewati jalan yang akan dilalui oleh arak-arakan terpaksa  harus di alihkan ke beberapa jalan lainnya dan memutar. Belum lagi kemacetan kendaraan karena saat itu bertepatan dengan week end.

Arak-arakan menimbulkan macet
Courtesy : Pikiran Rakyat Online
Banyak sekali warga Bandung dan warga etnis Tiong Hoa berkumpul di sepanjang jalan yang akan di lalui arak-arakan. Saking banyaknya orang yang berkerumun, acara ini diamankan oleh kepolisian dari Polsekta Andir.

Rute arak-arakan ini berawal di Jalan Cibadak ke Jalan Klenteng, kemudian ke Jalan Kebon Jati, lalu singgah sebentar di Paskal Hyper Square (Pasir Kaliki Hyper Square) kemudian dilanjutkan kembali ke Pasar Baru dan berlanjut ke Jalan Otista lalu ke Jalan Sudirman dan  kembali lagi ke Jalan Cibadak. Total jarak yang ditempuh arak-arakan ini kurang lebihnya adalah 5 kilometer.

Becak pun ikut arak-arakan
Courtesy : pikiran rakyat online


Menariknya di arak-arakan ini bukan hanya terdapat Barongsai dan Liong saja, tapi becak pun ikut rombongan arak-arakan ini.






Selasa, 08 Februari 2011

Pitsa Cone : Pizza Kerucut

Pitsa Cone
Courtesy : destrianti.blogspot.com
Sekarang Anda bisa mendapatkan sensasi baru saat makan pizza. Di Kota Bandung tepatnya di kawasan Dago terdapat makanan unik yang bernama "Pitsa Cone". Penamaan Pitsa Cone disesuaikan dengan lafal orang Sunda yang selalu menyebut Pizza dengan Pitsa.

Pitsa Cone ini dibuat pada sebuah roti pizza yang berbentuk corong dengan tinggi kira-kira 14 cm dan 6 cm. Dengan empat pilihan topping yang tersedia, yaitu beef lover, chicken lover, mushroom atau jamur dan chicken mushroom.

Usaha yang dikelola oleh seorang wanita berumur 27 tahun bernama Nia D Permana ini sekarang sangat digandrungi oleh mahasiswa Bandung. Karena harga per buahnya terhitung sangat murah sekali, hanya berkisar Rp 8.000,- saja.

Proses pengolahan Pitsa Cone ini terlihat mudah sekali. Pertama Roti pizza yang berbentuk corong dilumuri dengan saus khas itally. Kemudian bahan isian seperti paprika, jamur, daging ayam atau daging sapi diaduk rata, lalu dimasukan ke roti yang sudah dilumuri saus tadi. Setelah itu ditaburi keju parut dan keju mozarella, dan terakhir dimasukan ke dalam oven yang di dalamnya sudah ada tempat khusus untuk menyimpan Pitsa Cone selama dua menit saja sampai kejunya meleleh.

Pitsa Cone
Courtesy : foto.detik.com
Suasana Pelayanan di Pitsa Cone
Courtesy : foto.detik.com
Pencampuran Topping Pitsa Cone
Courtesy : foto.detik.com
Setelah semua selesai, Pitsa Cone siap disajikan. Paling enak disajikan saat masih panas.





Minggu, 06 Februari 2011

Martabak San Fransisco

Baligo Martabak San Fransisco
Apa yang ada dipikiran Anda ketika mendengar kata San Fransisco? Jembatan di Amerika? Atau mungkin kota yang indah di Amerika? Tapi apa jadinya kalau ada Martabak San Fransisco?

Bukan Matabak yang ada di San Fransisco di Amerika melainkan ada tempat makan namanya "Martabak San Fransisco". Terletak tepatnya di Jalan Burangrang No 42 Bandung, tempat makan ini selalu dipenuhi oleh penikmat kuliner baik dari Bandung maupun luar Bandung. Apa lagi ketika malam hari, tempat ini selalu dipenuhi oleh muda-mudi yang sekedar nongkrong dan ada juga keluarga yang menghabiskan waktu bersama disini.

Usaha Martabak ini dirintis tahun 1967 oleh Bapak Ajun. Sedangkan nama San Fransisco itu diambil dari lagunya Scott Mckenzie yang merupakan lagu memori indah dari Bapak Ajun dan istrinya yang sekarang meneruskan usaha dari Bapa Ajun yang lebih dulu berpulang. Semakin lama semakin berkembang, hingga akhirnya menjadi Pujasera dimana terdapat beberapa penjual makanan dan minuman disini, seperti surabi dan aneka jus.

Jangan heran kalau tempat ini selalu penuh, karena martabak disini terkenal enak dan tebal. Apa lagi bila kita makan martabak andalan disini yaitu "Martabak Manis Spesial Campur" yang topingnya adalah keju dan cokelat kacang. Selain itu martabak manis, martabak asin disini juga terkenal juara.
Martabak Manis
Martabak Topping Kacang dan Cokelat
Martabak Asin
Topping Full Keju
Untuk harga memang kita harus merogoh kocek agak dalam, Tapi untuk kepuasan merasakan kuliner yang lezat, tidak ada salahnya, kan? Lagi pula satu martabak tidak akan habis untuk Anda sendiri. Mungkin perlu 3-4 orang untuk menghabiskan martabak disini (Kecuali untuk Anda yang punya perut dengan kapasitas besar).

Untuk Anda yang membawa kendaraan jangan khawatir, disini tersedia lahan parkir yang cukup luas.
Martabak Spesial

Martabak San Fransisco ini juga membuka cabang di Jalan Karapitan No 7G dengan waktu buka dari jam 4 sore sampai jam 12 malam. Tak kalah ramenya dari Martabak San Fransisco di jalan Burangrang.

Jadi, buat anak-anak muda dan keluarga bahagia yang suka memburu kuliner lezat, tempat ini bisa jadi referensi bagi Anda. Semoga berguna... ^.^

Kang Dodong Kodir : Seniman Daur Ulang

Seorang seniman asli Bandung bernama Dodong Kodir telah membuka pemikiran kita tentang sampah daur ulang. Dulu sampah daur ulang hanya bisa diolah menjadi sebuah kerajinan tangan untuk hiasan saja. Tapi di tangan Dodong Kodir, sampah daur ulang ini bisa diolah menjadi berbagai alat musik etnis yang unik.

Kang Dodong dengan Chicken Drum nya
Courtesy : mahanagari.multiply.com
Kang Dodong memetik Alpedo
Courtesy : mahanagari.multiply.com
Semua berawal ketika ia mengajar kelompok karawitan dan tari di STSI (Sekolah Tinggi Seni Indonesia) Bandung dan juga seniman karawitan yang memainkan suling. Pada saat itu ia merasa bosan dengan alat musik Sunda yang itu-itu saja dan nada yang dimainkannya pun monoton. Sehingga ia berinisiatif untuk membuat sebuah alat musik yang berbeda dari yang lain.

Karya pertamanya adalah berupa suling bambu besar yang terbuat dari bambu rusak yang menghasilkan bunyi yang berbeda dari suling pada umumnya.

Telah banyak alat musik unik yang dibuat oleh Kang Dodong, seperti Alpedo (Alat Petik Buatan Dodong), Bellkuadalima, Chicken Drum, Jirame, Jumene, Whistledong (Whistle=Flute buatan Dodong), Sekdong (Alat musik gesek buatan Dodong), Sulangsong (Suling asal Songsong), Basdong (Bas buatan Dodong) dan banyak lainnya.

Bellkuadalima
Courtesy : mahanagari.multiply.com
Jirame
Courtesy : mahanagari.multiply.com
Kang Dodong meniup Jumene
Courtesy : mahanagari.multiply.com

Kang Dodong juga membuat instrument yang bunyinya mirip dengan bunyi alam, seperti Tornadong yang bunyinya seperti petir, angin dan ombak.


Kang Dodong dengan instrumen alamnya
Tornadong
Alat musik ciptaan Kang Dodong sempat akan diborong oleh UNESCO, tetapi kang Dodong tidak menjualnya karena ia beranggapan bahwa "Uang itu mudah didapat, tapi ide itu sulit didapat."


Kang Dodong di Spanyol
Courtesy : galuh-purba.com
Kang Dodong pun sering sekali memenuhi undangan dari negara lain utnuk menunjukan karya-karya yang ia buat. Yunani, Jepang, Spanyol dan Perancis adalah beberapa negara yang pernah ia kunjungi. Bahkan salah satu karyanya dipajang di sebuah museum seni di Yunani.
Kecapi Tabung Mesin Cuci
Bila Anda ingin lebih mengenal Kang Dodong Kodir ini, Anda bisa mengunjungi facebooknya pada link di bawah ini :








Sabtu, 05 Februari 2011

Sepanjang Jalan Braga

          Jalan Braga           
Jalan Braga merupakan jalan yang dulunya merupakan tempat berkumpulnya kolonial Belanda untuk sekedar shopping atau pamer apa yang mereka punya dan kemudian menjadi cikal bakal sebutan Parisj van Java untuk Kota Bandung. Tapi sekarang menjadi salah satu icon Kota Bandung yang wajib dikunjungi oleh wisatawan domestic dan mancanegara.

Jalan Braga Sign
Memang tak banyak yang berubah dari bentuk bangunan di Jalan Braga ini, namun ada beberapa bangunan yang beralih fungsi. Seperti salah satu bangunan yang dulunya merupakan sebuah bar yang beralih fungsi menjadi sebuah kafe. Bahkan sekarang terdapat sebuah mall yang terletak diantara bangunan-bangunan bersejarah Braga. Hal itu memang memiliki dampak positif dan negatifnya.

Tapi memang tak terpungkiri saat kita memasuki Jalan Braga, suasana unik terasa bila di banding daerah lainnya di Kota Bandung. Jalan Braga serasa membawa kita ke tengah perkotaan di Eropa. Banyak pejalan kaki yang berjalan di trotoar dan arsitektur bangunan yang sangat Eropa menambah kesan Eropa nya.

Sekarang di emperan Jalan Braga banyak terdapat penjual lukisan dan sketsa wajah bertebaran. Diantaranya juga terdapat lukisan-lukisan yang berasal dari Jelekong. Hal ini bagi sebagian orang memang mengganggu keindahan kota. Namun di sisi lain, hal ini justru memperindah Jalan Braga dengan lukisan-lukisan yang penuh warna. Bahkan tak jarang, beberapa wisatawan mancanegara ingin wajahnya di lukis dan di gambar pada seniman-seniman jalanan Braga.

Penjual Lukisan di emperan Jalan Braga
Courtesy : Eki-Qushey Akhwan
Turis Mancanegara sedang dilukis oleh seniman Braga
Courtesy : KOMPAS
Ngomong-ngomong soal seniman jalanan di Jalan Braga, bukan hanya pelukis saja yang ada di Jalan Braga tapi banyak pengamen yang tentunya beda dengan pengamen lain di Kota Bandung. Contohnya pengamen Kecapi yang membawakan lagu pop yang hits. Selain itu, ada pantomim yang lumayan menghibur pejalan kaki di Jalan Braga.

Pengamen Kecapi
Pantomim Jalan Braga
Beberapa kali Jalan Braga pernah dibebaskan dari kendaraan bermotor, dan hanya pejalan kaki, becak dan sepeda saja yang bisa lewat Jalan Braga ini. Tapi hal itu malah membuat kemacetan parah di sekitar Jalan Braga, yang akhirnya kendaraan bermotor pun kembali diizinkan untuk lewat di Jalan Braga.

Jalan Braga Tanpa Kendaraan Bermotor
Courtesy : www.devantART.com
Tapi setiap satu tahun sekali di Jalan Braga selalu diselenggarakan satu event yang bertajuk Braga Festival. Selama satu festival ini berlangsung kendaraan bermotor tidak bisa lewat ke Jalan Braga, karena semua badan Jalan Braga digunakan oleh warga Kota Bandung dan wisatawan untuk berpesta pora dan menyaksikan berbagai pergelaran seni dan budaya baik tradisional maupun modern.

Suasana Braga Festival 2009
Kontroversi juga pernah terjadi antara Budayawan dan Sejarahwan Kota Bandung dengan pemerintah Kota Bandung ketika pihak pemerintah membongkar pasang jalan batu yang menggantikan jalan aspal yang seringkali rusak.  Saat itu jalan aspal yang sering rusak digantikan oleh jalan batu andesit oleh Pemkot Bandung, sayangnya jalan batu tersebut seringkali mengalami kerusakan. Terpaksa Pemkot Bandung pun harus membongkar dan memperbaiki jalan tersebut, sehingga menimbulkan kemacetan dan mengurangi keindahan Jalan Braga. Hal serupa juga dikeluhkan oleh pengusaha di sekitar Jalan Braga, tapi semua itu di tanggapi positif oleh Pemkot Bandung. Akhirnya, Jalan Braga pun selesai diperbaiki dengan tetap mempertahankan jalan batu andesit dengan tujuan menambah kesan Eropa nya.
Perbaikan Jalan Braga
Jalan Braga dengan Jalan Batuan Andesit

Jumat, 04 Februari 2011

Lapangan Tegal Lega, sang Icon Bandung Lautan Api

Lapangan Tegal Lega adalah sebuah lapangan dimana terdapat icon Kota Bandung, yaitu monumen "Bandung Lautan Api". Sebuah Monumen yang merupakan simbol perjuangan dan kerelaan para penduduk yang mengungsi keluar Bandung pada 24 Maret 1946. Peristiwa “Bandung Lautan Api” merupakan suatu rangkaian peristiwa sejarah yang terjadi pada tanggal 24 Maret 1946, dalam waktu tujuh jam sekitar 200.000 penduduk Bandung mengukir sejarah dengan membakar rumah dan harta benda mereka lalu meninggalkan kota menuju pegunungan di selatan kota Bandung, dan beberapa tahun kemudian lagu “Halo-halo Bandung” ditulis untuk melambangkan emosi mereka, seiring janji akan kembali ke kota tercinta yang telah menjadi Lautan Api. (bandungheritage.org). Sayangnya tidak semua semua tahu, bahwa jejak peristiwa Bandung Lautan Api (BLA) juga diabadikan dalam 10 stilasi yang tersebar di 10 lokasi. Stilasi ini berupa monumen mini karena hanya berukuran tinggi sekitar 1,5m. Adapun cerita lengkap mengenai kesepuluh stilasi bisa anda baca di sini .

Di Lapang Tegal Lega ini  terdapat berbagai macam kegiatan, seperti kegiatan olahraga, rekreasi keluarga, dan kegiatan jual beli. Biasanya kegiatan ini akan ramai di hari libur, seperti Sabtu dan Minggu. Kegiatan utamanya bukan olah ‘raga’ tapi olah ‘mata’ dan ajang bergaya muda-mudi Bandung.

Terkadang Lapang Tegal Lega ini juga sering dipakai untuk acara-acara besar, seperti konser musik dan pergelaran seni lainnya. Acara yang paling sering dipergelarkan di Lapang Tegal Lega ini adalah konser musik band GIGI di setiap bulan Ramadhan.

Semenjak adanya peringatan Konfrensi Asia Afrika beberapa tahun lalu, kawasan ini menjadi agak rapi, dibanding sebelum-sebelumnya. 

Tapi fasilitas ini hendaknya harus dijaga bersama oleh semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakatnya. Toh, ini juga untuk kesejahteraan kita bersama. 


DSCN2597
Site Plan Kawasan Tegal Lega
Tugu-Obor-Lap-Tegalega
Monumen Bandung Lautan Api