Selasa, 05 Juli 2011

Piramida di Kabupaten Bandung

Pernah dengar ada piramida di Bandung?
Yang ini pasti unik dan baru didengar.

Gunung Lalakon
Piramida yang dimaksud tidak lain berupa gunung yang bernama Gunung Lalakon, yang terletak di Desa Jelegong, Kecamatan Kotawaringin, Kabupaten Bandung. 
Letaknya tidak jauh dari Kampung Badaraksa yang berada di ketinggian sekitar 720 m di atas permukaan laut. Tinggi Gunung Lalakon ini adalah  988 meter dari permukaan laut.

Menurut Agung Bimo Sutedjo, yaitu Arkeolog pendiri Yayasan Turangga Seta yang meneliti Gunung Lalakon, ada sejumlah piramid di Indonesia. Salah satu informasi awal didapatkan dari tafsiran terhadap relief Candi Penataran. 

Turangga Seta percaya bahwa kebudayaan Nusantara lebih tua daripada Kebudayaan Sumeria, Mesir, atau Maya. Mereka haqul yakin Indonesia memiliki situs candi atau piramida yang lebih banyak dan lebih megah dari peradaban Mesir dan Maya. 

Secara geomorfologis, bentuk Gunung Lalakon di Bandung memiliki bentuk yang mirip dengan piramida. Mereka memiliki empat sisi yang nyaris simetris. 

Gunung Lalakon dikelilingi beberapa bukit lain seperti bukit Paseban, Pancir, Paninjoan, Pasir Malang. Di bukit Paseban ada tiga buah batu, yang dua di antaranya terdapat telapak kaki manusia dewasa, dan telapak kaki anak-anak. 

Di Gunung Lalakon juga terdapat beberapa situs batuan, seperti Batu Lawang, Batu Pabiasan, Batu Warung, Batu Pupuk, Batu Renges, Batu gajah, dan sebuah batu panjang yang terletak di atas puncak. 

Menurut Abah Acu, tokoh masyarakat Kampung Badaraksa, secara filosofis, Gunung Lalakon adalah perlambang sebuah lakon dari kehidupan manusia. Batu-batu tadi merepresentasikan berbagai lakon atau profesi yang dipilih oleh manusia. 

Namun, keberadaan batu-batu tadi kerap disalahgunakan. Banyak orang datang ke tempat batu di Gunung Lalakon mencari pesugihan. Bahkan, menurut Jujun, tokoh agama Islam di tempat itu, dulu banyak orang datang ke Batu Gajah mencari ilham judi buntut. “Banyak pula yang berhasil menang,” kata Jujun. 

Jujun menerangkan, di Gunung Lalakon secara rutin juga digelar acara ritual tolak bala, yakni dengan membuat nasi tumpeng kemudian dibagikan dan dimakan oleh penduduk. “Acara ini diadakan setiap tahun, biasanya setiap tanggal 1 Syuro.”